Kamis, 27 April 2017

It's A Girl! (Baby Khansa's Story)



Yes, it's A girl..

Akhirnya putri kecil kami lahir ke dunia. Status yang saya sandang sekarang adalah G4 A2 P2 (G=gravida atau jumlah hamil, A= jumlah Abortus, P=jumlah bayi lahir).

Sebelumnya saya memiliki riwayat TORCH yang menyebabkan saya keguguran 2x. Belum screening TORCH sih adek bayinya, tapi dari hasil kontrol selama hamil Alhamdulillah semua normal saja. FYI, saking traumanya saya  pernah USG sampai 3x dalam sebulan saat trimester pertama (agak lebay sih memangπŸ™ˆ). Total ada 7 dokter dari 4 RS berbeda yang saya datangi untuk kontrol dengan membawa hasil tes Torch yang menyatakan saya sudah mendapat antibodi dari virus Rubella, CMV, dan Herpes1. 6 dokter yang lain santai aja dan ngasih semangat, bukannya bikin stress. Hanya ada satu dokter yang bahasanya menohok banget. 'Wah bahaya. Kalau ga abortus, bisa lahir cacat nih kalau virusnya balik lagi'. Duh..plis dong, dok


HPL (Hari Perkiraan Lahir) awal sih tanggal 31 maret tapi jadinya mundur ke tanggal 2 April di usia kehamilan 40minggu 2hari. Saya mau ceritain nih kronologis si bayi dari awal kontraksi sampai lahiran.

Baca juga: It's A Boy! (Baby Auf's Story)

15 Maret

Ternyata bukan cuma harapan yang bisa palsu, kontraksi juga bisa lho *Eh. Kontraksi palsu merupakan kontraksi yang timbul sebelum usia persalinan. Biasanya terjadi hanya beberapa detik saja dan tidak dalam jangka waktu berdekatan (aladokter.com)

Konpal (Kontraksi Palsu) yang cukup bikin saya lumayan panik terjadi saat usia kehamilan saya 37minggu. Saat itu saya dan salah satu teman bloger saya Inart, sedang mengikuti kegiatan tour ke beberapa outlet bakery yang ada di Makassar. Yah walaupun kerjanya cuma foto-foto, ngobrol, dan cicipin kue, karena outletnya terletak di dalam mall jadi kita harus banyak berjalan kaki. Nah pas di outlet ke-dua tuh sempat rasain kontraksi yang agak lebih sakit dari sebelum-seblumnya. Ditambah lagi Inart cerita kalau dia juga dulu lahiran di usia kehamilan 37minggu, maju 15 hari dari HPL (Hari Perkiraan Lahir). Wah.. kan ga lucu kalau tiba-tiba saya lahiran di Mall πŸ™ˆ.

Sesampai di rumah, saya langsung menghubungi Panda untuk segera pulang ke makassar, saya sudah yakin nih beberapa hari lagi akan lahiran. Besoknya kontrol ke dokter, eh ternyata jalan lahir masih rapat banget kok. Kata dokter, kalau sampai tanggal 31 maret belum ngerasain tanda lahiran, langsung ke UGD aja. Ya baiklahh.. Lumayan lega juga sih akhirnya.

22 Maret

Nah konpal kembali saya rasakan saat sedang mengikuti workshop oleh Dinas Pariwisata. Tapi entah kenapa rasa sakitnya ga sesakit yg tanggal 15 maret itu. Mungkin karena sibuk ngajar kali ya jadi ga terlalu nyadar. Padahal sebelumnya sempat mau mundur dari tawaran ngajar ini, takut keburu brojol duluan. Tapi Bismillah aja sih ya.. Apalagi Fee ngajarnya juga lumayan buat bayar hutang persiapan persalinan, hehe.

Sorenya kontrol ke dokter lagi. Hasilnya kepala bayi sudah masuk panggul, air ketuban masih aman. Jadi kemungkinan besar dalam hitungan hari sudah bisa ketemu sama adek bayi. Agak parno juga sih soalnya waktu hamil Auf, air ketuban sudah mulai keruh sebelum usia kehamilan 40minggu. Dan Auf juga lahir maju beberapa hari sebelum jadwal HPL. Tapi ya balik lagi, tiap kehamilan kondisinya mesti beda-beda walaupun dengan rahim yang sama. 

30 Maret

Belum juga merasakan sakit yang berarti. Padahal besok udah HPL aja nih, makin deg-degan dong. Malamnya iseng minta ke bapak buat traktir makan durian dengan alasan durian bagus untuk mancing kontraksi. Dan bapak mau aja pula..haha.. Lumayan kalap juga saya waktu itu makan duriannya, sambil berharap besoknya udah bisa lahiran.

1 April

Karena HPL sudah lewat sehari, kita ga mau nunggu lama langsung cuss ke UGD RSIA Ananda. Kontraksinya juga sudah mulai sering sih. Perjalanan menuju RS saat itu terbilang laamaaa banget! Iya, karena dari jl.Pettarani sampai ke RS saja butuh waktu sekitar 2 jam lebih. Macet parah! Para kendaraan seolah-olah nge-freeze apalagi pas mendekati hotel Four Points by Sheraton yang menjadi venue acara FEMME 2017. Bahkan kita sempat berhenti lama di depan gerbang hotel. Sambil bengong, saya menatap nanar ke arah gerbang hotel, membayangkan teman-teman bloger yang sedang meliput acara FEMME dan menikmati rayuan diskon dari berbagai brand. Duh, padahal saya pengen juga mereview acara fashion sekali-sekali, huhu

Tiba-tiba security hotel teriak ngasih aba-aba ke Panda pas Panda mau maujuin mobil. Kita disuruh tetap berhenti karena masih ada beberapa mobil yang mau masuk ke area hotel. Panda yang tadinya masih sabar langsung balas teriak juga 'Saya udah ga bisa stop lama-lama di sini, istri saya mau melahirkan!' melihat reaksi Panda, saya langsung sigap elus-elus perut sambil ngeluh kesakitan πŸ™ˆ Akhirnya kita deh yg diproritaskan jalan duluan.

Tiba di UGD, dokter jaga langsung periksa dalam. Daan, ternyata baru pembukaan 1. Padahal tiap kontraksi muncul udah berasa sakit banget. Hanya saja memang durasinya ga panjang, dan dalam 10 menit munculnya 2 kali saja. Ujung-ujungnya saya disuruh pulang dulu, datang lagi kalau sakitnya sudah ga tertahankan.

2 April

Dari jam 4 subuh, kontraksi sudah sering muncul dan sakitnya sampai bikin saya teriak. Ok fix, mau ma' melahirkan ini. Sekitar jam 6 pagi kita langsung menuju ke UGD. Untungnya pagi yaa, ga kebayang kalau saya ke RS nya siang atau sore. Harus melewati venue FEMME lagi yang saat itu merupakan hari terakhir, pasti bakalan ramai dan bikin macet jalanan.

Dalam 10 menit, kontraksi sudah muncul lebih dari 3 kali. Dan ya, sudah pembukaan 2 saat diperiksa. Tapi ternyata dokter yang sering saya datangi untuk kontrol saat itu sedang di luar kota. Dioperlah saya ke dokter lain (sampai 3 kali dioper baru dapat dokter yang bersedia πŸ™ˆ). Itupun dokternya tidak sedang berada di RS.

Sakitnya makin menjadi di pembukaan 3. Pas kontraksi muncul lagi, tiba-tiba terdengar suara 'deg' kemudian air merembes keluar. Oh ini toh yang namanya ketuban pecah (dulu waktu hamil pertama ga ngerasain ini, dokternya sendiri yang pecahin kantung ketuban). Akhirnya saya dipindahkan ke kamar bersalin yang terdapat 4 bed dengan ibu-ibu siap lahiran. Di sana saya sudah ga malu-malu lagi teriak kesakitan. Soalnya ibu-ibu lain juga gitu sih, hehe. Lagipula itu sakitnya memang benar-benar bikin pengen teriak.

Setelah pemeriksaan dalam dan sudah pembukaan 4, sakitnya makin ga bisa saya tahan. Bidannya ngelarang untuk ngeden karena mikirnya masih pembukaan 4, padahal justru karena sakitnya itu otomatis jadi ngeden sendiri. Akhirnya saya teriak aja 'susteerr! Ini mau mi keluar!' dan bener kaan pas diperiksa ternyata sudah pembukaan lengkap. Jadi panik sendiri kan bidannya apalagi dokter juga belum datang.

Pukul 8.45 pagi, akhirnya bayi keluar juga. Saya merasa lahiran kali ini lebih sakit dengan perjuangan yang benar-benar antara hidup dan mati. Sampai gemeteran dan lemas banget. Kemungkinan karena saya belum sarapan ya dan faktor 'U' tentunya, hihi.. Ekspektasinya sih pengen ngeden syantik seperti sesembak yang ada di postingan Lambe Turah (ketahuan deh ngefollow minceu). Faktanya saya ngedennya berantakan sampai posisi bergeser ke tepi tempat tidur dan hampir jatuh, hahaha. Sesaat setelah lahir, bayi langsung dimasukkan ke inkubator karena air ketuban yang berwana hijau. Dan sayangnya tidak ada proses IMD (Inisisasi Menyusui Dini), hiks.. Sempat nunggu lama lagi sampai robekannya dijahit sama bidan, dan itu tuh rasanya sakiiitt bgt! Jahit luar dalam tanpa anastesi, sosodarah! Dan dokternya masih belum datang juga, sepertinya kejebak macet.

Khawla Al Khansa, nama yang saya dan Panda berikan untuk anak kedua kami. Khawla merupakan nama seorang pejuang/ mujahidah pada jaman Nabi yang dijuluki ksatria berkuda hitam. Sedangkan Al Khansa merupakan nama Ibu dari para syuhada'. Tentu saja lewat nama yang kami berikan terselip doa dan harapan yang baik. Semoga menjadi anak sholehah dan menjadi Syafaat bagu kedua orang tuanya di Akhirat nanti, Aamiin..

Masih pengen punya anak lagi? Ya mau sih.. mau banget malah. Tapiii..... krik..krik..krik.. *kemudian hening


Baca juga: Anak-anakku Yang Tak Pernah Lahir