Senin, 28 Agustus 2017

Semakin dekat dengan Bosowa Semen


Berbicara soal semen,  saya tentu bukan ahlinya.  Tapi dari kecil saya sudah cukup akrab dengan semen dari merk dagang yang berbeda :D.

Selama tinggal di Merauke-Papua kurang lebih  16 tahun,  rumah keluarga saya hampir setiap tahun direnovasi dan diperbesar. Ada suatu masa saat saya dan adik-adik saling melemparkan serbuk semen ketika bermain. Tapi ketika beranjak remaja, saya sempat kesal juga tiap rumah akan direnovasi. Karena kami harus ikut repot memindahkan barang-barang. Dan tentunya selama renov, privasi  saya menjadi agak terganggu dengan hadirnya para pekerja.


Selain hobi merenovasi rumah lama, Bapak membangun lagi satu rumah tepat di samping rumah tempat kami tinggal. Mau ga mau ya ketemu semen lagi. Saya masih ingat, saat SMA saya membuat pajangan patung angsa dengan bahan tanah liat dicampur semen yang berhamburan di halaman samping untuk tugas prakarya sekolah :D

Kemudian tahun 2000, kami sekeluarga pindah ke Sulawesi Selatan tepatnya di kota Enrekang.  Lagi-lagi si Bapak membangun dua buah ruko di sana,  dengan biaya hasil menjual salah satu rumah di Merauke. Proses pembangunan cukup lama. Selama itu pula kami terpapar dengan semen, hahaha. 

Ruko di Enrekang
Saya dan Bosowa Semen

Setelah menyelesaikan sekolah 1,5 tahun di Enrekang, saya melanjutkan kuliah di Makassar. Rumah yang Bapak beli tahun 1992 akhirnya bisa dihuni juga. Rumahnya ga terlalu besar,  tapi halaman cukup luas.  Ada dua pohon mangga tumbuh kokoh di halaman depan.  Saat saya tinggali, rumah yang di Makassar ini masih dalam bentuk asli sejak pertama kali dibeli.  Barulah direnovasi tahun 2009 saat saya akan menikah.  Di situ kali pertama kami menggunakan Bosowa Semen

Karena saya satu-satunya anak bapak yang LDRan sama suami,  saya dan Bapak hanya tinggal berdua di rumah ini. Tahun 2010, Bapak memutuskan untuk berbisnis ikan lele. Ga jauh-jauh, kolam lele akhirnya terpampang nyata dari halaman samping sampai ke belakang rumah yang kami tempati. Tapi lumayan lah ya, dengan luas kolam yang hanya 14m persegi,  Bapak bisa panen dua kali dalam setahun.  Padahal kami anak-anaknya menganggap pelihara lele di halaman rumah merupakan ide 'gila'. Bosowa semen kembali menjadi pilihan untuk membuat kolam. 

Ide 'gila' Bapak ga hanya sampai di situ. Tahun 2013 dengan uang hasil penjualan rumah terakhir kami di Merauke,  Bapak menginginkan rumah yang di Makassar dihancurkan rata dengan tanah dan membangun ruko tiga petak di atasnya. Alasan beliau simple saja. "Anak saya ada lima,  jadi roko juga harus ada lima. Biar adil". Awalnya saya dan saudara yang lain ragu. Soalnya rumah yang kami tempati saja tidak terlalu luas,  bagaimana mau dipecah menjadi tiga ruko?

Selama proses pembangunan,  saya dan Bapak ngekost ga jauh dari bakal ruko (kami menyebutnya 'proyek', hihi). Hampir tiap hari kami mengunjungi lokasi 'proyek'. Kebetulan saya bertugas mencatat keuangan dan bahan bangunan apa saja yang akan dan sudah dipakai selama 'proyek' berlangsung. Lagi-lagi terpapar Bosowa semen deh kita selama 7 bulan.  Seru juga sih,  saya sudah seperti mandor tukang beneran dengan perut yang membuncit.

Siapa sangka saat ini saya sedang menempati ruko berukuran 12x4 meter dan sangat menyesal sempat meragukan Bapak. Dua ruko lainnya dikontrakkan. Ruko ini kami tempati tepat sebulan sebelum saya melahirkan.

Ruko di Makassar,  berdiri keras dan kuat!  :D


Berikut ini semacam infografis penting ga penting tentang keterlibatan Bosowa Semen dalam proyek Bapak yang sempat saya lihat langsung

Tahun 2014, Bapak membangun satu rumah lagi di Enrekang dari hasil kontrakan salah satu ruko di sana. Semennya Bosowa juga dong,  tapi saya ga terlibat langsung dalam proses pembangunannya.  Karena yang jadi mandor kali ini adalah kakak tertua saya yang memang berdomisili di sana..hehehe


Lebih dekat dengan Bosowa Seman

Saya ga menyangka bahwa suatu saat saya akan mengenal Bosowa Semen tidak hanya sebagai salah satu elemen penting dalam sebuah bangunan.  Beberapa waktu lalu saya dan teman blogger lainnya diundang untuk mengikuti Media Gathering dan Plant Visit bersama Bosowa Semen. Saat itulah saya merasa mengenal Bosowa Semen lebih dekat.

Selain bertemu dengan para direksi Bososwa Semen,  saya bisa melihat langsung pabrik bosowa semen yang ada di Maros. Tapi sebelum keliling pabrik, kami disuguhkan dengan informasi mengenai Bosowa Semen. Mulai dari sejarah, sampai dengan aset apa saja yang telah dimiliki oleh perusahaan ini.

Managing director Bosowa semen, bapak Rahmat Kaimuddin.



Pak Rahmat juga menampilkan berbagai  perusahan industri semen yang ada di Indonesia. Jujur,  saya merasa wawasan saya bertambah saat mengikuti presentasi dari Pak Rahmat. (Sumber: Bosowa Semen) 

Dengan memberikan bantuan CSR,  Bososwa Semen bekerja ga melulu soal bisnis. Tapi juga memiliki visi misi dalam menyejahterakan masyarakat di sekitar pabrik. 

Waktunya tour keliling pabrik.  Saya sangat terkesan dan terkagum-kagum dengan pabrik Line II yang dimiliki Bosowa Semen ini. Kami berkeliling menggunakan bis dan tentunya ada yang mendampingi kami untuk memberi penjelasan mengenai pabrik selama tour.




Walau panas menyengat,  ga mengurangi semangat untuk foto-foto :D

Media Gathering dan Plant Visit ini ga hanya menyenangkan,  tapi juga mengenyangkan. Setelah berkeliling pabrik, kami bergerak menuju tambak milik Bosowa Semen. Tempat ini memang ga terbuka untuk umum,  hanya digunakan kalangan intern perusahaan atau gathering seperti ini. Suasananya sangat kekeluargaan :)

Tambak milik perusahaan
Ritual sebelum makan :D



Kegiatan ini merupakan salah satu pengalaman terkece yang saya miliki. Pengalaman yang membuat saya mengenal lebih dekat dengan Bosowa semen.

Terima Kasih Bosowa Semen, sudah menjadi bagian dalam hidup saya melalui properti yang Insya Allah akan diwariskan Bapak kepada saya,  hihi. Tetap berdiri keras dan kuat!





Tidak ada komentar:

Posting Komentar